-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Bayangkan Anda Lahir Tahun 1900: Belajar Ketangguhan dari Generasi Sebelum Kita

Minggu, 21 September 2025 | September 21, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-09-21T11:39:13Z


Oleh: Prasetyo Budi
(Penulis dan Pemerhati Sosial)


---

> “Generasi yang kuat tidak dilahirkan dalam kenyamanan, tetapi dibentuk oleh badai.”



Hari ini, banyak dari kita mengeluh tentang hidup yang terasa berat: tekanan pekerjaan, harga kebutuhan yang naik, internet yang lambat, atau bahkan karena tidak bisa berlibur. Tapi pernahkah kita berhenti sejenak, memejamkan mata, dan membayangkan bagaimana jika kita lahir di tahun 1900?

Mari kita coba menyusuri alur waktu—dan membayangkan hidup sebagai seseorang yang lahir pada awal abad ke-20.

---

Di usia 14 tahun, dunia terbakar.

Perang Dunia I meletus. Suara ledakan, tembakan, dan berita kematian menjadi latar hidup harian. Di usia remaja, kamu belajar bahwa dunia bisa begitu kejam. Perang itu berakhir saat kamu berusia 18 tahun. 22 juta jiwa meninggal. Tapi kamu selamat.

Belum usai, pandemi datang.

Hanya dua tahun berselang, flu Spanyol menyapu dunia. Jutaan manusia terkapar. Rumah sakit penuh. Pemakaman tak sempat menangis. 50 juta jiwa pergi tanpa pamit. Tapi kamu bertahan, di usia 20.

Di usia 29, ekonomi dunia runtuh.

Bursa saham New York ambruk. Dunia masuk ke jurang resesi. Pengangguran melonjak. Makan jadi barang mewah. Harapan hari esok pun terasa mahal. Tapi kamu terus hidup.

Nazisme bangkit, dan perang kembali datang.

Di usia 33, Adolf Hitler naik ke tampuk kekuasaan. Dunia mulai retak lagi. Di usia 39, Perang Dunia II dimulai. Bom, genosida, kekejaman tanpa batas. Saat perang itu berakhir di usiamu yang ke-45, 60 juta nyawa telah melayang. Tapi kamu tetap ada.

Usia lanjut, tapi belum tenang.

Di usia 52, Perang Korea pecah. Di usia 64, Perang Vietnam dimulai. Dan kamu terus menjadi saksi sejarah. Hidup dalam zaman di mana kematian dan ketakutan adalah keseharian.

---

Dan kita?

Lahir tahun 1985. 1990. 2000. Bahkan 2010.

Kita mengeluh saat pulsa habis. Kesal karena sinyal hilang. Panik karena Wi-Fi putus. Stres karena tidak punya uang jajan. Baper karena tidak dibalas chat.

Tanpa tahu bahwa kakek dan nenek kita adalah para penyintas dari sejarah tergelap manusia.

Mereka melewati bencana, kelaparan, perang, kematian, dan kehancuran, tapi tetap tumbuh sebagai pribadi penuh cinta, sabar, dan sederhana.


---

Waktunya Kita Belajar dari Mereka

Dunia saat ini memang tidak sempurna. Tapi dibandingkan masa lalu, hidup kita adalah kemewahan.

Kita tidak hidup di bawah sirine perang.

Kita tidak perlu menyaksikan pemakaman massal setiap minggu.

Kita tidak harus berjuang demi sesuap nasi seperti mereka dulu.


Yang kita butuhkan hari ini bukan lebih banyak kenyamanan.
Yang kita butuhkan adalah lebih banyak ketangguhan, rasa syukur, dan empati.

---

Menghormati Masa Lalu, Menguatkan Masa Depan

Generasi sebelum kita bukan hanya patut dikenang, tapi patut dicontoh.
Mereka mengajarkan bahwa dalam hidup, bertahan adalah bentuk tertinggi dari keberanian.

Hari ini, saat kamu merasa hidupmu berat—ingatlah:

> Kamu adalah keturunan dari mereka yang tidak menyerah.



---

Salam hangat dari sejarah.
Belajarlah dari masa lalu.
Bangunlah masa depan yang lebih kuat.


---

🖊️ qberitakan.com — Suara Jernih, Penuh Makna

Tag Terpopuler

Artikel Pilihan

×
Berita Terbaru Update